Saturday, March 20, 2010

Benarkah Ibu Hamil Gampang Pelupa?

0 Comments
Anda sedang hamil? bacalah tulisan ini. Ibu yang sedang hamil cenderung salah dan lupa meletakkan barang-barang seperti kunci dan lainnya dibandingkan perempuan biasa. Studi ini menunjukkan 'pregnancy brain' kemungkinan bukan mitos belaka.

Peneliti menemukan perempuan yang hamil lebih sulit mengingat dimana mereka meletakkan harta bendanya. Efek ini masih terasa setelah tiga bulan perempuan tersebut melahirkan.

Para peneliti percaya perubahan hormon secara fluktuasi selama kehamilan mempengaruhi daerah di otak yang bertanggung jawab terhadap memori meletakkan barang-barang.

Sebelumnya, peneliti sempat mengungkapkan bahwa perubahan di otak yang terjadi pada perempuan hamil adalah sebuah mitos. Peneliti dari Australian National University mengungkapkan perempuan hamil tidak cenderung untuk pelupa, tapi cenderung menyalahkan kondisi yang ada terhadap masalah memorinya.

Namun sebuah studi baru yang melibatkan 47 ibu hamil menunjukkan bahwa perempuan hamil lebih memungkinkan menjadi lupa meletakkan barang-barangnya. Dalam studi ini peneliti menguji dua kelompok perempuan, satu kelompok berisi perempuan hamil dan kelompok lainnya perempuan yang tidak hamil.

Didapatkan bahwa perempuan hamil memberikan hasil yang 15 persen lebih buruk pada tes memori spasial yang berhubungan dengan mengingat arah atau dimana meletakkan barang-barang. Dan hasil yang sama juga ditemukan pada tiga bulan setelah perempuan tersebut melahirkan.

Berdasarkan kuesioner yang diberikan juga diketahui perempuan hamil lebih mungkin untuk memiliki rasa cemas dan mengkategorikannya sebagai suasana hati yang rendah dibandingkan perempuan yang tidak hamil.

Memori spasial berkaitan dengan wilayah tertentu di otak yang disebut dengan hippocampus. Karena adanya perubahan hormon selama hamil, maka mempengaruhi kinerja dari wilayah tersebut. Studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Bradford dan the University of Leeds menggunakan program komputer dalam hal pengujiannya.

"Pelupa dan bergesernya perhatian adalah fenomena umum yang sering dilaporkan oleh ibu hamil, tapi ilmuwan belum dapat mengidentifikasi mekanisme tertentu dari gangguan memori yang terjadi tersebut," ujar pemimpin studi, Diane Farrar, seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (19/3/2010).

Farrar menambahkan perubahan suasana hati dan meningkatnya kadar kegelisahan atau kekhawatiran akibat perubahan kadar hormon kemungkinan mempengaruhi fungsi memori dari ibu hamil tersebut. Hasil penelitian ini telah dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Society for Endocrinology di Manchester.

Read more...

Tuesday, March 9, 2010

Sidik Jari dan Pola Belajar Anak

1 Comments
sidik jari anak
Setiap anak memiliki pola belajar yang berbeda-beda. Jika pola yang dterapkan tidak sesuai dengan karakter si anak maka anak akan sulit untuk menerima pelajaran. Tapi pola belajar anak bisa ditentukan berdasarkan analisis sidik jari si anak.

"Tak jarang orangtua memaksakan anaknya mengikuti les yang tidak diminati anak. Jika orangtua tidak bisa mengenali potensi bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak maka akan sulit untuk memberi stimulus dan pengarahan yg tepat," ujar Andrian Benny Hidayat, Direktur Psycho-biometric Lab R&D Talent Spectrum & DIC Fingerprint Analysis, dalam acara kenali gaya belajar yang cocok untuk anak melalui analisa sidik jari di wisma BPPT, Jln Sudirman, Jakarta, Sabtu (6/3/2010).

Andrian menambahkan analisa sidik jari ini adalah sebuah metode pengukuran dengan cara pemindaian (scanning) sidik jari anak untuk mengetahui gaya bekerja otak yang paling dominan dan berkaitan dengan bakat, karakter dan gaya belajar anak. Karena pengenalan bakat anak merupakan investasi modal awal untuk membantu meraih cita-cita si kecil.

Berdasarkan penelitian oleh ahli dermatoglyphics dan neuro-anatomy didapatkan bahwa pola sidik jari bersifat genetis dan telah muncul saat janin dalam kandungan berusia 13-24 minggu.

"Analisis sidik jari tidak mengungkapkan kecerdasan seseorang, tapi hanya mengungkapkan potensi yang ada dalam diri si anak. Dengan pengarahan yang tepat maka bisa meningkatkan kecerdasannya," ujar Andrian yang lahir di Australia 35 tahun lalu.

Dengan analisis sidik jari dapat diketahui apakah pola belajar anak termasuk yang visual (melihat), auditori (mendengar) atau kinestetik (sentuhan dan gerakan).

A. Gaya belajar visual

1. Cenderung menggunakan indera penglihatan
2. Lebih suka membaca
3. Peka terhadap warna
4. Duduk tenang saat belajar di tengah situasi yang ribut
5. Biasanya akan melihat orang lain terlebih dahulu sebelum bertindak.

Kendalanya

1. Tak suka berbicara di depan umum
2. Kurang mengingat info yang diberikan secara lisan.

Cara menstimulasinya

1. Memintanya untuk membayangkan objek yang sedang dipelajari
2. Meningkatkan motivasi serta percaya dirinya.


B. Gaya belajar auditory

1. Mudah ingat dari apa yang didengarnya
2. Senang dibacakan
3. Mudah mempelajari bahas asing
4. Dapat membaca dengan baik sehingga ia bisa mengingat dengan baik apa yang baru dibacanya karena secara otomatis ia mendengarkan suaranya sendiri.

Kendalanya

1. Cenderung banyak omong
2. Tak bisa belajar dalam suasana ribut
3. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya.

Cara menstimulasinya

1. Bisa dengan melibatkannya dalam kegiatan diskusi
2. Melakukan review secara verbal
3. Memberinya pujian secara lisan.


C. Gaya belajar kinestetik

1. Gemar menyentuh sesuatu yang dijumpainya
2. Menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
3. Banyak gerakan fisik dan koordinasi tubuh yang baik
4. Saat membaca menunjuk kata-katanya dengan jari tangan
5. Unggul dalam olahraga dan keterampilan tangan
6. Menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu.

Kendalanya

1. Sulit mempelajari hal yang abstrak
2. Anak tak bisa duduk diam saat belajar
3. Energinya cukup tinggi sehingga jika tak disalurkan dapat berpengaruh pada konsentrasi belajarnya.

Cara menstimulasinya

1. Bisa dengan belajar di sekolah yang menganut sistem active learning
2. Belajar dengan menggunakan model peraga
3. Bebaskan beraktifitas sebelum belajar
4. Berikan reward dengan memberinya kesempatan untuk melakukan kegiatan yang disukainya.

"Selain pola belajar yang tepat ada juga faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu motivasi, lingkungan dan juga guru yang mengajar," ujar Andrian.

Andrian menceritakan ada murid yang memiliki bakat musik tapi nilai musiknya selalu jelek. Ternyata setelah diselidiki ia tidak suka dengan gurunya.

"Dengan memahami potensi bakat anak, kita sebagai orangtua dapat tahu cara terbaik yang bisa ditempuh anak untuk mencapai prestasinya. Selain itu bakat yang lebih kuat dapat dikembangkan dengan tenaga dan biaya serta waktu yang lebih efisien," tambahnya.

Read more...

Makan Lemak Tinggi Berpeluang Punya Anak Laki

1 Comments
Anda ingin mempunyai anak laki-laki? Peneliti mengungkapkan melakukan sarapan pagi dan konsumsi lemak tinggi dapat meningkatkan peluang melahirkan anak laki-laki.

Ilmuwan mengklaim perempuan yang makan sarapan pagi dan lemak tinggi pada saat pembuahan lebih memungkinkan untuk mendapatkan anak laki-laki. Sementara itu konsumsi rendah lemak dan diet yang panjang lebih memungkinkan memiliki anak perempuan.

"Konsumsi kalori tinggi secara umum memungkinkan untuk melahirkan anak laki-laki, sedangkan konsumsi rendah kalori cenderung menghasilkan anak perempuan," ujar Dr Cheryl Rosenfeld dari University of Missouri, seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (9/3/2010).

Peneliti menganalisis gen dalam plasenta tikus hamil (yang organnya sama seperti manusia) yang diberi makanan lemak atau karbohidrat tinggi dan tikus hamil yang diberi makanan rendah kalori. Ternyata masing-masing kelompok memiliki efek yang berbeda.

Hasil yang didapatkan adanya perubahan dalam hal jenis kelamin, janin perempuan lebih sensitif terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya dan ada beberapa gen yang dipengaruhi. Setelah 12 hari ditemukan perbedaan pada 2.000 gen termasuk gen yang terlibat dalam fungsi ginjal dan indera penciuman (bau).

Peneliti menyimpulkan bahwa ekspresi gen dalam plasenta tikus dibentuk oleh apa yang dikonsumsi ibunya. Studi yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini mengikuti studi dua tahun lalu yang menyatakan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil bisa mempengaruhi jenis kelamin bayi.

Hasilnya, ternyata didapatkan makanan berkalori tinggi dan sarapan yang teratur kemungkinan meningkatkan peluang melahirkan anak laki-laki.

Studi ini juga menunjukkan asupan kalori yang lebih tinggi selama waktu pembuahan dapat mengubah peluang memiliki anak laki-laki sebesar 10-11 dari setiap 20 kelahiran.

Meningkatnya peluang melahirkan anak laki-laki karena makanan yang dikonsumsi cenderung mengandung beragam nutrisi termasuk kalium, kalsium, vitamin C, E dan B12.


Read more...
 

Lindung's Blog