Seperti makan dan minum, tidur juga merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Namun banyak orang masih kerap mengabaikan pentingnya tidur karena berbagai hal misalnya para blogger yang kuat begadang 24 jam di depan komputer. Apa pun alasannya, perlu tidur cukup. Lebih dari itu, tidur juga perlu berkualitas.
Seperti apa tidur yang sehat itu?
Sejak kecil tidur perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidur bermutu juga amat penting untuk menata memori. Berbagai informasi yang diterima hari ini bisa disimpan dan ditata kembali sebagai “arsip-benak” yang lebih baik pada saat tidur. Esok hari berikutnya akan gampang me-recall memori itu. Betul juga kata Bu guru yang bernasehat jangan kurang tidur menjelangujian; istilah populernya, jangan pakai cara SKS (sistem kebut semalam), agar memori tak berantakan saat ujian.
Selama tidur, sel-sel tubuh beristirahat, dan menjadi bugar kembali setelah cukup jeda. Seperti mesin apa pun, mesin tubuh juga ada waktunya untuk beristirahat. Tidur bentuk istirahat paling bermutu. Maka jangan abaikan pentingnya tidur. Karena tidur juga berfungsi sebagai perbaikan dan pemulihan.
Tidur bagi kita tak cukup hanya meperhitungkan berapa banyak waktu tidur, melainkan apakah tidurnya lelap. Adakah tahapan tidur normal dilampaui?? Tidur yang sehat bila tidurnya tergolong berkualitas.
Kita mengenal tahapan tidur REM (rapid eye movement) selain tahapan tidur NREM (non rapid eye movement). Gelombang tidur menempuh kedua tahapan tidur yang berbeda itu secara berganti-ganti.
Tidur yang sehat akan menempuh tahapan tidur REM empat-lima kali selama tidur atau sekira 3 (tiga) jam tanpa terbangun. Selebihnya tidur tahapan NREM.
Tidur dinilai berkualitas, bila tahapan tidur REM terpenuhi. Dalam tidur REM itu tidur memasuki tidur yang lelap. Pada masa itu mimpi biasanya muncul. Untuk melihat fase tidur itu ada, perhatikan pelupuk mata saat orang selagi tidur. Ada saat tampak gerakan pelupuk mata yang berkedut-kedut cepat (rapid-eye-movement), dan di episode lain yang seperti itu tak terjadi lagi (non-rapid-eye-movement). Apabila tidur tidak menempuh tahapan REM empat kali berturut, orang merasa tidurnya tidak cukup. Kendati durasi tidur sudah cukup, saat bangun tidur merasa masih kurang nyaman. Orang begini menderita tidur yang tak lelap.
Ya, kurang tidur hendaknya tidak perlu terjadi. Namun gaya hidup orang tertentu kini cenderung berisiko kurang tidur. Tuntutan pekerjaan atau alasan lain, kurang tidur lalu menjadi lazim. Hal ini bisa mengacaukan keteraturan jam biologis (sirkadian) tubuh.
Kurang tidur REM cenderung membuat orang jadi uring-uringan, gampang tersinggung, lekas marah, bahkan dapat menjadi banyak makan. Karena lebih banyak sisi buruknya, kurang tidur lelap seberapa mungkin perlu dikoreksi.
Selama tidur malam juga berlangsung proses detoksifikasi oleh tubuh. Proses ini penting untuk membuang semua zat racun sisa pembakaran tubuh. Bila tidur malam terus berkurang, proses penting ini tidak utuh berlangsung, sehingga tubuh masih menimbun racun yang mestinya dibuang itu. Tidur siang bahkan memberi nilai tambah. Menyisihkan waktur tidur siang beberapa puluh menit saja besar artinya untuk performa dan kinerja tubuh. Dapat mendukung produktivitas kerja, selain badan lebih bugar, angka kejadian kecelakaan dan kesalahan kerja menurun. Bila kurang tidur, selain penampilan umum, kulit dan rambut kelihatan tidak bugar; kulit kusam, rambut tidak bercahaya, lunglai, serta muram. Daya tahan tubuh yang kuat membutuhkan kecukupan tidur bermutu dan memadai. Itu sebab orang kurang tidur cenderung rentan terserang infeksi, “masuk angin”, atau menurunnya fungsi organ, khususnya jantung dan otak. Mendorong mesin tubuh terus aktif melakukan kerja tanpa cukup tidur, kurang jeda, akan lekas merusak mesin tubuh.
Orang yang sejak muda terbiasa kurang tidur, akan berbeda performa fisiknya dengan orang yang menjaga betul kecukupan tidurnya. Termasuk peluang untuk lebih sehat.
Naahhh dah pada insaf belum nehh kalau tidur berkualitas itu dibutuhkan???
Untuk itu, dikatakan sehat bukan saja ketiadaan penyakit fisik, tetapi jiwa kita pun perlu bugar.
sumber : sahabatnestle.co.id
Seperti apa tidur yang sehat itu?
Sejak kecil tidur perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidur bermutu juga amat penting untuk menata memori. Berbagai informasi yang diterima hari ini bisa disimpan dan ditata kembali sebagai “arsip-benak” yang lebih baik pada saat tidur. Esok hari berikutnya akan gampang me-recall memori itu. Betul juga kata Bu guru yang bernasehat jangan kurang tidur menjelangujian; istilah populernya, jangan pakai cara SKS (sistem kebut semalam), agar memori tak berantakan saat ujian.
Selama tidur, sel-sel tubuh beristirahat, dan menjadi bugar kembali setelah cukup jeda. Seperti mesin apa pun, mesin tubuh juga ada waktunya untuk beristirahat. Tidur bentuk istirahat paling bermutu. Maka jangan abaikan pentingnya tidur. Karena tidur juga berfungsi sebagai perbaikan dan pemulihan.
Tidur bagi kita tak cukup hanya meperhitungkan berapa banyak waktu tidur, melainkan apakah tidurnya lelap. Adakah tahapan tidur normal dilampaui?? Tidur yang sehat bila tidurnya tergolong berkualitas.
Kita mengenal tahapan tidur REM (rapid eye movement) selain tahapan tidur NREM (non rapid eye movement). Gelombang tidur menempuh kedua tahapan tidur yang berbeda itu secara berganti-ganti.
Tidur yang sehat akan menempuh tahapan tidur REM empat-lima kali selama tidur atau sekira 3 (tiga) jam tanpa terbangun. Selebihnya tidur tahapan NREM.
Tidur dinilai berkualitas, bila tahapan tidur REM terpenuhi. Dalam tidur REM itu tidur memasuki tidur yang lelap. Pada masa itu mimpi biasanya muncul. Untuk melihat fase tidur itu ada, perhatikan pelupuk mata saat orang selagi tidur. Ada saat tampak gerakan pelupuk mata yang berkedut-kedut cepat (rapid-eye-movement), dan di episode lain yang seperti itu tak terjadi lagi (non-rapid-eye-movement). Apabila tidur tidak menempuh tahapan REM empat kali berturut, orang merasa tidurnya tidak cukup. Kendati durasi tidur sudah cukup, saat bangun tidur merasa masih kurang nyaman. Orang begini menderita tidur yang tak lelap.
Ya, kurang tidur hendaknya tidak perlu terjadi. Namun gaya hidup orang tertentu kini cenderung berisiko kurang tidur. Tuntutan pekerjaan atau alasan lain, kurang tidur lalu menjadi lazim. Hal ini bisa mengacaukan keteraturan jam biologis (sirkadian) tubuh.
Kurang tidur REM cenderung membuat orang jadi uring-uringan, gampang tersinggung, lekas marah, bahkan dapat menjadi banyak makan. Karena lebih banyak sisi buruknya, kurang tidur lelap seberapa mungkin perlu dikoreksi.
Selama tidur malam juga berlangsung proses detoksifikasi oleh tubuh. Proses ini penting untuk membuang semua zat racun sisa pembakaran tubuh. Bila tidur malam terus berkurang, proses penting ini tidak utuh berlangsung, sehingga tubuh masih menimbun racun yang mestinya dibuang itu. Tidur siang bahkan memberi nilai tambah. Menyisihkan waktur tidur siang beberapa puluh menit saja besar artinya untuk performa dan kinerja tubuh. Dapat mendukung produktivitas kerja, selain badan lebih bugar, angka kejadian kecelakaan dan kesalahan kerja menurun. Bila kurang tidur, selain penampilan umum, kulit dan rambut kelihatan tidak bugar; kulit kusam, rambut tidak bercahaya, lunglai, serta muram. Daya tahan tubuh yang kuat membutuhkan kecukupan tidur bermutu dan memadai. Itu sebab orang kurang tidur cenderung rentan terserang infeksi, “masuk angin”, atau menurunnya fungsi organ, khususnya jantung dan otak. Mendorong mesin tubuh terus aktif melakukan kerja tanpa cukup tidur, kurang jeda, akan lekas merusak mesin tubuh.
Orang yang sejak muda terbiasa kurang tidur, akan berbeda performa fisiknya dengan orang yang menjaga betul kecukupan tidurnya. Termasuk peluang untuk lebih sehat.
Naahhh dah pada insaf belum nehh kalau tidur berkualitas itu dibutuhkan???
Untuk itu, dikatakan sehat bukan saja ketiadaan penyakit fisik, tetapi jiwa kita pun perlu bugar.
sumber : sahabatnestle.co.id
Read more...